Kamis, 26 Maret 2020

Why Must Bullying

Anak Di"Bully"

(just repost)

Seorang adik kelas di SMA, sekarang jadi artis pemusik sukses terkenal, pernah bercerita bahwa dia dulu suka dibully bahkan pernah "diseret dan digebukin" di "warung" belakang sekolah. Itu warung memang warung kebanggaan para pembully yang merasa menjadi elite dan merasa dirinya penguasa sekolah. Anak anak sok bandel juga disitu "ngetem" nya.

Karenanya, artis itu sebel banget kalau adik adik SMA nya datang ke tempatnya untuk menagih "sumbangan alumni". Dia dengan sewot bilang, "Wong saya ga bangga kok sekolah di situ".

Sepotong cerita di atas mungkin membawa kita melayang layang ke masa di SMA, bisa jadi ada cerita yang sama. Kisah di atas bisa mengalirkan banyak analisa dan imajinasi di kepala kita, apalagi bagi mereka yang anaknya juga mengalami pembullyan.

Teman seangkatan saya di SMA belum lama juga curhat, anaknya mogok sekolah karena di bully. Usianya padahal sudah 15 tahun. Empati punya empati, teman saya bercerita bahwa anaknya itu super sensitif, moody atau istilah sekarang "baperan".

Hmm kesimpulan cepatnya bahwa ternyata memang karakteristik personality seperti "seniman" yang melow, sensitif, baperan dsbnya umumnya sangat rentan dibully.

Sebenarnya "sifat seniman" itu "gue banget", hanya saja dulu saya masih lumayan rasional, jadi mensiasati dengan masuk Club Tae Kwondo lalu otomatis menjadi Sie Keamanan di OSIS, nah selesai masalahnya. Siapa sih yang berani membully Sie Keamanan? Wong orang orang di sie keamanan ini yang suka membully kok. ;-)

Ada nasehat bagus untuk para penjahat, bahwa persembunyian terbaik adalah di kantor polisi. Nasehat yang sama untuk para polisi, bahwa persembunyian terbaik ada di kantor penjahat. Just kidding!

Ayah Bunda yang baik,

Tentu analisa di atas, bahwa karakteristik seniman mudah di bully, sebenarnya hanya temuan awal, kita harus menggali lebih jauh lagi, lebih empati dan mengakar tentunya.

Dalam banyak kasus Bully yang terjadi, umumnya para penasehat langsung meloncat ke solusi tanpa menggali akar masalahnya lebih empati, misalnya mereka menasehati bahwa anak yang dibully disuruh berani melawan, orangtua mendatangi sekolah untuk mendorong sekolah membuat aturan ketat atau orangtua pembully disidang dan si pembully diancam dikeluarkan dstnya.

Solusi seperti di atas akan menimbulkan masalah baru lagi. Jadi teringat PT KAI, beberapa tahun lalu penumpang KRL Jabodetabek terkenal sangat hobby duduk di atas atap kereta.

Lalu PT KAI fokus dan sibuk pada masalahnya. Solusinya tidak mengakar, mereka menugaskan Polisi Khusus untuk menghalau mereka yang duduk di atas atap kereta, memasang kawat berduri di atas peron, untuk menutup celah para pemanjat atap kereta, memberi sangsi dan hukuman keras bagi yang tertangkap dstnya.

Walhasil para penganut Sekte Atap Kereta makin berani, tidak ada yang jera dengan hukuman. Jangankan hukuman, bahkan kematian para alumninya karena tersambar listrik, terowongan maupun billboard tidak juga membuat mereka jera.

Belakangan PT KAI tidak lagi disibukkan dengan masalahnya, tetapi fokus pada kebutuhan pelanggan. Ooo... ternyata pelanggan menginginkan kereta yang bersih, nyaman, aman, tepat waktu, sejuk ber AC dll termasuk stasiunnya.

Ketika PT KAI fokus pada potensinya dan kebutuhan pengguna, lihatlah hari ini, para penumpang emoh di atap kereta, lha wong di dalam sejuk, nyaman, bersih, tepat waktu dan murah pula.

PT KAI telah kembali kepada "fitrah"nya sebagai transportasi massal yang ramah, cepat, nyaman, aman, bersih, tepat waktu, maka kemudian selesailah semuanya. 

Ayah bunda yang baik,

Ketika segala sesuatu kembali kepada fitrahnya maka akan kembali damai dan harmoni.
Kaidahnya "Masalahmu bukan di luar sana tetapi ada di dalam kepalamu dan diseputar dirimu"
"Fokuslah pada potensinya bukan pada masalahnya"

Sesungguhnya anak anak yang rentan atau mudah dibully atau anak yang suka membully, memiliki

1. Sifat Unik tertentu yang menyebabkan mudah dibully atau mudah membully. Ingat bahwa sifat unik ini merupakan kelemahan sekaligus kekuatannya. Anak yang memang memiliki sifat super sensitif atau empati yang sangat tinggi umumnya mudah di bully. Sebaliknya anak yang punya sifat unik mendominasi orang lain atau suka memimpin umumnya sangat mudah membully.

--> Berikan peran yang menyalurkan sifat unik ini menjadi aktifitas produktif

2. Masalah supply maskulinitas dan feminitas dari orangtuanya. Kekurangan supply Ego dari ayah atau Supply Empaty dari ibu menyebabkan masalah pada ketidak seimbangan ego dan empati. Walaupun ada anak yang sejak kecil punya sifat unik sangat ego, atau sangat empati, mereka tidak akan mudah dibully atau menjadi pembully jika mendapat supply ego yang cukup dari Ayah dan supply empaty yang cukup dari ibunya selama masa anak anaknya.

--> Berikan sosok Ayah dan sosok Ibu yang memberikan supply seimbang

3. Ego Sentris atau Fitrah Individualitas yang tak tumbuh baik ketika berusia di bawah 7 tahun juga menyebabkan ananda kelak menjadi peragu dan mudah dibully.

--> Beri pengakuan dan tanggungjawab secara bertahap untuk mengembalikan eksistensi dirinya

Jadi kembalilah kepada fitrah, maka InsyaAllah semuanya akan kembali cerah.

Fokuslah pada cahaya, kelak kegelapan kan sirna. Salam Pendidikan Peradaban

#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak

Minggu, 22 Maret 2020

Belajar Dari Sebuah Jam 

TERJADI dialog antara pembuat jam dengan jam yang sedang dibuatnya.
Pembuat jam berkata, “Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak sebanyak 31.536.000 (Tiga puluh satu juta lima ratus tiga puluh enam ribu) kali dalam setahun?”,

jam itu tersentak, “Enggak mungkinlah saya berdetak sebanyak itu!?”

“Baiklah, bagaimana kalau 86.400 (delapan puluh enam ribu empat ratus) kali dalam sehari?” tawar pembuat jam.

“Delapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang kecil-kecil begini?” jawab jam penuh keraguan.

“Kalau begitu cukup berdetak 3.600 (tiga ribu enam ratus) kali dalam satu jam, pasti kamu sanggup!” pinta si pembuat jam lagi.

“Sepertinya saya masih belum sanggup berdetak sebanyak itu dalam sejam.” Jam masih saja bimbang dengan kemampuannya.

Akhirnya si pembuat jam berkata, “Sudahlah, sanggupkah kamu berdetak satu kali saja setiap detik?”

Jam itu sontak menjawab, “Naah, kalau cuma sekali sedetik sih aku sanggup, kapan aku mulai bekerja?”.

“Sekarang!”, seru pembuat jam.

Setelah selesai dibuat, jam itu pun berdetak satu kali setiap detik. Lalu berdetak terus sampai 3.600 kali dalan satu jam. Berlanjut lagi sampai 86.400 kali dalam sehari. Dan tanpa terasa jam itu telah berdetak 31.536.000 kali dalam setahun.

Hikmah dan Pelajaran Belajar dari jam,

kadangkala kita ragu terhadap tugas dan pekerjaan yang kita anggap terlalu berat untuk dilakukan, padahal kita belum mencobanya.

Karena itu jangan pernah berkata ‘tidak bisa’ terhadap setiap pekerjaan yang kita anggap berat dan sulit.

Sebenarnya kita hanya butuh keberanian untuk mencoba, selanjutnya semua berjalan dan mengalir seperti air.

Banyak gagasan dan pekerjaan besar yang terasa berat untuk dimulai. Maka cobalah memulai dari hal yang kecil dan ringan.

Kemudian mulailah membangun sistem dan mekanisme kerja yang baik agar segala sesuatunya berjalan dengan maksimal dan agar keberhasilan itu juga berguna bagi orang-orang di sekitar kita.

Sabtu, 21 Maret 2020

Lubabah Kubra

Lubabah Al-Kubra binti Al-Harits - Wanita Muslim pemberani Yang Memukul Abu Lahab

Muhamad Nurdin Fathurrohman 1:48:00 PM
Artikel "Lubabah Al-Kubra binti Al-Harits - Wanita Muslim pemberani Yang Memukul Abu Lahab" adalah bagian dari seri "Kisah Shahabiyah - Sahabat nabi perempuan" kaktus Lubabah Al-Kubra binti Al-Harits bin Hazn bin Bujair bin Al-Hazm bin Ru’aibah bin Abdillah bin Hilal bin ‘Amir bin Sha’sha’ah bin Mu’awiyah bin Bakr bin Hawazin bin Manshur bin ‘Ikrimah bin Khashfah bin Qais bin ‘Ailan bin Mudhar Al-Hilaliyah. Ia lebih dikenal dengan kunyah yang diambil dari nama putra pertamanya, Al-Fadhl, sehingga sebutannya adalah “Ummul Fadhl”. Lubabah Al-Kubra binti Al-Harits adalah wanita yang sangat pemberani, ialah wanita yang pernah memukul Abu lahab sampai sakit hingga meninggal. 

Ibunya bernama Hindun binti ‘Auf bin Zuhair bin Al-Harits bin Himathah bin Dzi Halil. Ummu Fadhl adalah salah satu dari empat wanita yang dinyatakan keiman­an­nya oleh Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Keempat wa­nita tersebut adalah Maimunah, Ummu Fadhl, Asma‘, dan Salma. Maimunah adalah Ummul Mu’minin RA, saudara kandung Ummu Fadhl. Sedangkan Asma‘ dan Salma adalah kedua saudari dari pihak ayahnya.

Ia bersaudara dengan wanita yang memiliki kemuliaan. Saudara-saudara sekandungnya seluruhnya perempuan. Mereka adalah Maimunah, istri Rasulul­lah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Lubabah Ash-Shughra binti Al-Harits, istri Al-Walid bin Al-Mughirah, yang melahirkan “Si Pedang Allah”, Khalid ibnul Walid RA, ‘Ishmah, ‘Izzah, dan Huzailah. Sementara saudara perempuannya seibu adalah Asma binti ‘Umais RA, pendamping “Sang Pemilik Dua Sayap”, Ja’far bin Abi Thalib RA, yang sepeninggal Ja’far menikah dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, kemudian dengan ‘Ali bin Abi Thalib RA setelah Abu Bakar tiada.

Ummu Fadhl adalah istri Abbas, paman Rasulullah SAW. Abbas adalah salah seorang sahabat yang pertama masuk Islam. Namun, Abbas merahasiakan keislamannya. Hal ini diungkapkan oleh Abu Rafi, pelayan Abbas: “Ketika Islam datang, Abbas memeluk agama Islam lalu diikuti oleh Ummu Fadhl dan saya. Namun Abbas merahasiakan keislamannya.” Karena itu ketika hijrah Ke Madinah, Abbas dan Ummu Fadhl tetap tinggal di Mekah untuk memantau perkembangan Mekah.

Pernikahan Abbas dan Ummu Fadhl berbuah 6 orang anak lelaki yang mulia. Mereka adalah Fadhl, Abdullah, Ubaidullah, Mabad, Qatsam dan Abdul Rohman. Abdullah bin Abbas, yang kemudian dikenal sebagai Ibnu Abbas, merupakan sahabat yang terkemuka yang banyak meriwayatkan hadits shahih.   

Ketika Rasulullah SAW mulai mendakwahkan Islam, Ummu Fadhl adalah wanita yang pertama kali beriman sesudah Khadijah binti Khuwailid RA. Ia turut berhijrah ke Madinah setelah ber­islamnya Al-’Abbas, sang suami.

Ummu Fadhl termasuk wanita yang berkedudukan tinggi dan mulia di ka­langan para wanita. Rasulullah SAW sering mengunjunginya dan terkadang tidur siang di rumahnya.

Peristiwa pemukulan Abu lahab oleh Lubabah Al-Kubra binti Al-Harits 

Ummu Fadhl memiliki keberanian yang luar biasa. Diriwayatkan bahwa pada suatu ketika setelah perang Badar Ummu Fadhl tengah memperhatikan budaknya, Abu Rafi', memahat batu di dekat sumur Zamzam. Tiba-tiba datang Abu Lahab duduk pula di situ. Abu Lahab tidak berangkat pada Perang Badar dan mewakilkannya pada Al-’Ash bin Hisyam bin Al-Mughirah, sebagaimana kebiasaan pada waktu itu.

Saat itu orang-orang memperbincangkan tentang kekalahan kaum musyrikin pada perang Badar melawan kaum muslimin. Ketika Abu Sufyan tiba sekembalinya dari Badar, Abu Lahab berkata, “Datanglah ke sini anak saudaraku, sampaikan kepadaku berita dari Badar.” Maka orang-orang pun mengerumuni Abu Sufyan.

Abu Sufyan berkata, "Demi Allah tatkala kami menjumpai mereka, tiba-tiba mereka tidak henti-hentinya menyerang pasukan kami, mereka memerangi kami sesuka mereka dan mereka menawan kami sesuka hati mereka. Demi Allah sekalipun demikian tatkala aku menghimpun pasukan, kami melihat ada sekelompok laki-laki yang berkuda hitam putih berada di tengah-tengah manusia, demi Allah mereka tidak menginjakkan kakinya di tanah.” 

Abu Rafi' yang mendengar cerita itu spontan berteriak, “ Demi Allah, itu adalah malaikat”. Mendengar ucapan Abu Rafi', tiba-tiba Abu Lahab mengepalkan tangan dan memukul Abu Rafi' dengan kasar. Badan Abu Rafi' di tarik, dijatuhkan ke tanah dan Abu Lahab memukulinya.

Melihat hal itu, Ummu Fadhl mengambil tiang kemah yang menaungi Abu Sufyan dan memukulkannya ke kepala Abu Lahab hingga berdarah. Akibat kejadian itu Abu Lahab terluka parah, baik secara fisik maupun mental karena dia menanggung malu yang teramat sangat.

Abu Lahab sempat meminta tolong pada beberapa orang yang ada di sekitarnya. Tetapi tidak ada yang berani membela karena Ummu Fadhl tampak sangat marah. Sejarah mencatat bahwa setelah kejadian itu, Abu Lahab mengalami sakit selama 7 hari dan setelah itu dia meninggal dunia karena penyakit bisul bernanah.

Begitulah contoh pribadi seorang muslimah yang pemberani. Keimanan yang melekat erat dalam hati telah membuat Ummi Fadhl tidak berdiam diri ketika melihat tindak aniaya.